KTI TB
Senin, 30 September 2013
Rabu, 07 November 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama
untuk, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan.
Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki derajat kesehatan
yang optimal, karena berbagai masalah secara global, diantaranya adalah
kesehatan lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah yang menyebabkan
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan, dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Oleh kerena itu, kesehatan yang optimal bagi setiap
individu, keluarga, kelompok masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan,
khususnya perawatan kesehatan masyarakat yang lebih menekankan kepada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan
keperawatan dengan tidak melupakan upaya pengobatan dan perawatan, serta
pemulihan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Seperti halnya penyakit tuberculosis paru, bukan
merupakan masalah yang dianggap baru di Indonesia . Penyakit ini dapat
menyerang semua golongan masyarakat atas maupun bawah. Tapi walaupun penyakit
tuberculosis paru ini bukan masalah yang baru, namun harus segera diatasi
dengan cara meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan karena,
kurangnya informasi yang diberikan kepada masyarakat, maka dari itu banyak
masyarakat kita yang kadang lalai menganggap enteng penyakitnya sampai penyakit ini berada pada derajat yang
sudah parah dan tidak sedikit dari masyarakat kita, khususnya kalangan menengah
ke bawah. Dimana proses perkembangan tuberculosis paru sangat membahayakan
karena dapat menular ke orang lain.
Dari data yang diperoleh di Puskesmas desa Pattiro
Kecamatan Sibulue, jumlah kunjungan orang yang mengalami tuberculosis paru pada
bulan januari-desember tahun 2005 berjumlah 19 orang, bulan januari-desember
tahun 2006 berjumlah 28 orang, bulan januari-desember tahun 2007 berjumlah 11
orang. Hal ini terjadi diakibatkan oleh kurangnya informasi tentang penyakit
tuberculosis paru, sehingga orang yang mengalami penyakit tersebut tidak
memeriksakannya ke Pelayanan kesehatan.
Sebenarnya, penyakit tuberculosis paru tidaklah sulit
untuk disembuhkan apabila penyakit ini belum memasuki tahap yang kronis, namun
cara pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu, penyampaian
informasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat agar supaya masyarakat
dapat memahami dan lebih mengerti tentang penyakit tuberculosis paru.
Kiranya pemerintah dalam hal ini, tenaga kesehatan
diharapkan mampu memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat
mengenai penyakit tuberculosis paru.
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum, tentang pelaksanaan Asuhan
keperawatan Keluarga dengan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit
tuberculosis paru.
2.
Tujuan khusus
a.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian Asuhan
Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis paru.
b.
Memperoleh pengalaman nyata dalam penentuan diagnosa
Asuhan Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis
paru.
c.
Memperoleh pengalaman nyata dalam perencanaan Asuhan
Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis paru.
d.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis paru.
e.
Memperoleh pengalaman nyata dalam evaluasi Asuhan
Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis paru.
f.
Memperoleh pengalaman nyata dalam dokumentasi Asuhan
Keperawatan anggota keluarga Tn “K” yang menderita penyakit tuberculosis paru.
C. Manfaat Penulisan
1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan
untuk mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi bahan atau data bagi mereka
yang ingin mengadakan penelitian yang lebih lanjut.
2. Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada
di Puskesmas desa Pattiro Kecamatan Sibulue, dalm rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan masyarakat.
3. Keluarga
atau masyarakat
Agar keluarga juga lebih mengetahui dan memahami lebih
jauh tentang penyakit tuberculosis paru dan juga dapat mengetahui
gejala-gejalanya, cara penularan, serta cara menangani masalah penyakit
tersebut.
4. Penulis
Menambah pengetahuan, khususnya mengenai penyakit tuberculosis paru.
D. Metode Penulisan
Untuk memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan dalm
penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode atau tekhnik
pengumpulan data sebagai berikut:
- Studi kepustakaan (library study), yaitu mengumpulkan materi atau bahan-bahan bacaan yang bersumber dari literature yang berhubungan dengan masalah yang dituliskan dalm karya tulis ini.
- Pengkajian lapangan, yaitu mengunjungi secara langsung keluarga Tn “K” di Kelurahan Cinnong desa Pattiro Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone, pada tanggal 07-09 Agustus 2008 guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Dalam hal ini, penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:
a.
Wawancara
Melaksanakan Tanya jawab secara langsung dari berbagai pihak yang dapat
memberikan data yang dibutuhkan.
b.
Observasi
Mengamati dan mengikuti secara langsung pola hidup keluarga.
c.
Studi Kasus
Dengan menetapkan Asuhan keperawatan yang langsung kepada klien sebagai
sasaran dalam pemberian Intervensi Keperawatan.
d.
Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait mengenai
kasus yang didapatkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah peradangan pada jaringan paru
yang merupakan penyakit menular, yang disebabkan dari virus Mycobacterium Tuberculosis dan berpindah
ke orang lain melalui udara pernapasan (Elizabeth J. Corwin 2000).
2. Etiologi
Disebabkan karena adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk melalui pernapasan.
3. Manifestasi
klinis
Keluhan yang dirasakan klien TB Paru dapat
bermacam-macam/tanpa keluhan sama sekali.
a.
Keluhan terbanyak adalah:
·
Demam, biasanya subfebris menyerupai demam
influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC.
serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, begitulah seterusnya hilang
timbulnya demam influenza ini sehingga merasa tidak pernah terbebas dari
serangan influenza. Tergantung dari daya tahan tubuh seseorang, dan tergantung
berat ringannya infeksi kuman yang masuk.
·
Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk yang keluar. Sifat
batuk ringan (non produktif) kemudian setelah itu timbul peradangan menjadi
produktif atau menghasilkan sputum. Keadaan yang lanjut adalah batuk darah di
sebabkan karena terdapatnya pembuluh darah yang pecah dalam paru-paru.
·
Sesak nafas, pada penyakitnya yang ringan (baru
tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit
yang sudah lanjut diman inflasi sudah setengah bagian paru-paru.
·
Nyeri dada, gejala ini agak jarang ditemukann
nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
·
Malaise, penyakit tuberculosis bersifat radang
yang menahan gejala malaise sering ditemukan berupa: anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat pada malam hari. Gejala malaise
makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4. Patofisiologi
Penyakit ini disebabkan oleh Mikroorganisme Mycobacterium Tuberculosis, yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah atau droplet, orang ke orang
dan mengkolonisasi bronkhiolis atau alveolus. Kuman juga dapat masuk ke tubuh
melalui saluran cerna, melalui inggesti susu tercemar yang tidak di
pasteorisasi, atau kadang-kadang lesi kulit.
Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna
berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran nafas bawah, maka penjamu akan melakukan respon imun dan peradangan
yang kuat. Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap
infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif (Elizabeth J.
Corwin 2000).
5. Pemeriksaan
Diagnostik
·
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
·
Laboratorium darah rutin (LED normal/meningkat,
limpositosis)
·
Pemeriksaan sputum dari pasien dengan infeksi
aktif akan memperlihatkan adanya basil.
·
Tes Mantoux/Tuberkulin (uji kulit positif),
untuk tuberculosis memperlihatkan imunitas seluser dan hanya membuktikan bahwa
saluran nafas bawah yang bersangkutan pernah terpajang ke Basil tetapi tidak
mengalami infeksi aktif.
·
Pemeriksaan Sinar X akan memperlihatkan
pembentukan tuberculosis lama atau baru.
- Penatalaksanaan medik
·
Pengobatan untuk individu dengan tuberculosis
aktif memerlukan waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar
antibiotic dan cepat bermutasi apabila terpajan antibiotic yang semula masih
efektif. Saat ini, terapi untuk pasien dengan infeksi aktif adalah kombinasi
empat obat dan berlangsung kurang sembilan bulan dan biasanya lebih lama.
Apabila pasien tidak berespon terhadap obat-obat tersebut, maka obat dan protocol
pengobatan lain akan dicoba.
·
Individu yang memperlihatkan uji kulit
tuberkolin positif setelah sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic
selama enam sampai sembilan bulan untuk membantu respon imunnya dan
meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total. Jenis-jenis obat anti TB Paru:
Isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol,
sterptomisin.
- Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT (obat anti TB
Paru) yang paten telah berkurang, indikasi pembedahan dibedakan menjadi
indikasi mutlak dan indikasi relative.
ü
Indikasi mutlak pembedahan adalah:
·
Semua pasien yang telah mendapat obat anti TB
Paru yang adekuat tetapi sputum tetap positif
·
Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi
dengan cara konservatif.
ü
Indikasi relative pembedahan adalah:
·
Pasien dengan sputum negative dan batuk-batuk
darah berulang
·
Kerusakan paru dan lodus dengan keluhan.
·
Sisa kapitas yang menetap.
- Penyimpangan KDM
Gambar 2.1 Penyimpangan KDM
perubahan Tuberculosis Paru meningkatnya aktivitas
status
kesehatan seluler
Invasi kuman
Kurang Informasi Mycobacterium TB
Metabolisme dalam
Kurang Pengetahuan Limfa dan nematogen
tubuh meningkat
Menyebar
pada bagian pemecahan
karbohidrat,
Paru-paru lemak dan protein
Iskemia
jaringan peradangan
fibrosis penekanan pada
saraf
Paru-paru jaringan paru pusat
lapar di otak
Merangsang
reseptor jumlah total
jaringan kurang nafsu makan
Saraf paru-paru berkurang
Asupan
makanan ber-
Neurotransmister: menurunkan luas total kurang
bradikinin, secotonin permukaan membrane
dan histamine respirasi
anoreksia
Nyeri Dada Menurunkan kapasitas berat badan menurun
Difusi O2-CO2
Oksigenasi
darah ber- Perubahan nutrisi
berkurang kurang dari
kebutuhan
tubuh
produksi
mukus Gangguan difusi
mengalami
pe- O2-CO2
numpukan di
jalan nafas kerusakan
jaringan
batuk penurunan
pertahanan/
penekanan proses
inflamasi
pola nafas tidak efektif
resiko infeksi
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut departemen kesehatan
(1988), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Menurut Bailon dan Maglaya
(1978), mendefenisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah
tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
Menurut Friedman (1998),
defenisi keluarga adalah dua atau lebih yang tergabung karena ikatan tertentu
untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai begian dari keluarga.
2. Struktur Kelurga
Menurut Nasrul Effendy tahun
1998, struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a.
Patrilinial adalah keluarga sedarah yang terdiri dari
sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
b.
Matrilinial adalah keluarga sedarah yang terdiri atas
sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c.
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah istri.
d.
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal
bersama keluarga sedarah suami.
e.
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
karena adanya hubungan dengan suami istri.
- Ciri-ciri Strutur Keluarga
Struktur keluarga menurut
Anderson Carter yang di kutip dalm Effendy tahun 1998 yaitu:
a.
Terorganisasi: saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
b.
Ada
keterbatasan : setiap anggota memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalm menjalankan fungsi dan
tugasnya mesing-masing.
c.
Ada
perbedaan dan kekhususan : setiap
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masng-masing.
- Tipe/bentuk Keluarga
a.
Keluarga inti (nuclear
family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang
direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena
kelahiran (natural) maupun adopsi.
b.
Keluarga asal (family
of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
c.
Keluarga besar (extended
family), keluarga inti di tambah keluarga yang lain (karena hubungan
darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern,
seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis
(guy/lesbian families).
d.
Keluarga berantai (social
family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e.
Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk
karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
f.
Keluarga komposit (composite
family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
g.
Keluarga kohabitasi (cohabitation), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan,
bisa memiliki anak atau tidak.
h.
Keluarga inses (incest
family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi
yang sangat dasyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak
perempuan yang menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung
laki-lakinya, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari
satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya.
i.
Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan
berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan,
sedangkan keluarga non tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh
keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau
adopsi. Contoh keluarga non tradisional adalah sekelompok orang tinggal di
sebuah asrama.
- Peranan Keluarga
Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
a.
Peranan ayah
: Ayah sebagai suami dari istri
dan anak –anak, berperan sebagai pencari nafkah, pelindung, pendidik, dan
pemberi rasa aman
b.
Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya.
c.
Peranan anak
: Melaksanakan peranan
psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, material, social
dan spiritual.
- Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai
berikut:
a.
Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b.
Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan
perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
c.
Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
e.
Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga
untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
- Tahap-tahap perkembangan keluarga
Tahap I, Pasangan baru menikah
(keluarga baru)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara
kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang
diinginkan).
Tahap 2, Menanti kelahiran
(child bearing family) atau anak tertua adalah bayi yang berusia kurang dari 1
bulan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota
keluarga baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan,
dan keluarga.
Tahap 3, Keluarga dengan anak
pra sekolah atau anak tertua 2,5 tahun sampai dengan 6 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan hubungan
masing-masing anggota keluarga, antara lain rumah atau kamar pribadi dan
keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang
berbeda, dan mempertahankan hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
Tahap 4, Keluarga dengan anak
sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan
anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak membina
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, dan memenuhi kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
Tahap 5, Keluarga dengan
remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20 tahun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan
remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang
terbuka diantara orang tua dengan anak-anak remaja.
Tahap 6, Keluarga dengan anak
dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota
keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan
anak-anak yang telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan
datangnya proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
Tahap 7, Keluarga usia
pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kontak
dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha
promosi kesehatan.
Tahap 8, Keluarga usia lanjut
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menata kembali
kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang
berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
C. Proses Keperawatan Keluarga
Keperawatan keluarga adalah suatu proses yang
menyediakan Asuhan Keperawatan pada keluarga dalam lingkup praktik keperawatan.
Asuhan Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga terrsebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
Adapun tahap-tahap proses keperawatan keluarga adalah
sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan, pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus dari keluarga yang dibinanya untuk mendapatkan
data tentang keluarga, data yang dikumpulkan mencakup data subjektif dan
objektif. Yang termasuk dalam tahap pengkajian adalah:
a.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat
dilakukan melalui cara:
·
Wawancara
: yang berkaitan dengan hal-hal
yang perlu diketahui, baik aspek fisik,mental, social, budaya, ekonomi,
kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.
·
Pengamatan
: pengamatan terhadap hal-hal
yang tidak perlu ditanyakan karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja
diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya: ventilasi,
penerangan, kebersihan, dan sebagainya.
·
Studi Dokumentasi :
studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya melalui
kartu menuju sehat, kartu keluarga, dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
·
Pemeriksaaan Fisik :
dilakukan secara head to toe
(dari ujung kepala sampai ujung kaki) atau dengan menggunakan system tubuh.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan tekhnik inpeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi.
b.
Analisa data
Didalam menganalisa data ada
tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan
keluarga, yaitu:
·
Keadaaan kesehatan yang normal dari setiap
anggota keluarga:
1.
Keadaan kesehatan fisik, mental, social, anggota
keluarga
2.
Keadaan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan keluarga
3.
Keadaan gizi anggota keluarga
4.
Status imunisasi anggota keluarga
5.
Kehamilan dari anggota keluarga.
·
Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan meliputi:
1.
Rumah meliputi :
ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan
dengan jumlah anggota keluarga.
2.
Sumber air minum.
3.
Jamban keluarga
4.
Tempat pembuangan air limbah.
·
Karakteristik keluarga:
1.
Sifat-sifat keluarga
2.
Dinamika dalam keluarga
3.
Komunikasi dalam keluarga
4.
Interaksi antar anggota keluarga
5.
Kesanggupan keluarga dalam membina perkembangan anggota
keluarga
6.
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
c.
Perumusan Masalah
Setelah data dianalisa maka
selanjutnya dapat dianjurkan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga dapat
menggambarkan keadaan kesehatan dan status keluarga, karena merupakan hasil
dari pemikiran dan perkembangan yang mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan.
Adapun tiga kelompok besar
dalam tipologi masalah kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
·
Ancaman kesehatan yaitu keadaan yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan adalah penyakit keturunan, keluarga atau anggota keluarga
terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga,
resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga, kekurang atau kelebiahan gizi,
kebiasaan yang merugikan kesehatan, sifat kepribadian yang melekat, imunisasi
anak yang tidak lengkap.
·
Kurang atau tidak sehat yaitu kegagalan
memantapkan kesehatan yang termasuk didalamnya adalah keadaan sakit, kegagalan
dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
·
Situasi krisis adalah kondisi dimana individu
atau keluarga banyak di tuntut untuk menyesuaikan diri, termasuk juga dalam hal
sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah perkawinan,
kehamilan, persalinan, masa nifas menjadi orang tua, pertambahan anggota
keluarga, abortus, anak masuk sekolah, anak remaja, kehilangan pekerjaan,
kematian keluarga, pindah rumah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
merupakan respon keluarga tehadap masalah kesehatan kesehatan yang dialami,
baik actual, resiko ataupun potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan secara mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi,
serta tanda dan gejala.
Diagnosa keperawatan
keluarga yang lazim muncul ada 5 poin yaitu sebagai berikut:
a.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
karena hal-hal sebagai berikut:
Ø
Kurang pengetahuan atau tidak mengetahui fakta
Ø
Rasa takut akibat masalah yang diketahui
Ø
Sikap dan falsafah hidup.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat karena hal-hal sebagai berikut:
Ø
Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan
luasnya masalah
Ø
Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
Ø
Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena
kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga.
Ø
Keluarga tidak sanggup memilih tindakan diantara
beberapa pilihan.
Ø
Ketidakcocokan pendapat terjadi antara anggota
keluarga
Ø
Keluarga tidak mengetahui fasilitas kesehatan
yang ada
Ø
Keluarga takut mendapat akibat dari tindakan
yang akan dilakukan
Ø
Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
Ø
Keluarga kurang percaya terhadap petugas dan
lembaga kesehatan
Ø
Keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan yang diharapkan.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal-hal
sebagai berikut:
Ø
Tidak mengetahui keadaan penyakit
Ø
Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan
yang dibutuhkan
Ø
Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan
Ø
Ketidakseimbangan sumber yang ada dalam keluarga
Ø
Sikap negatif terhadap anggota yang sakit
Ø
Konflik individu dalam keluarga
Ø
Sikap dan pandangan hidup
Ø
Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mampengaruhi
kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga karena hal-hal sebagai
berikut:
Ø
Sumber dari keluarga tidak cukup
Ø
Kurang mampu memelihara keuntungan dan manfaat
dari pemeliharaan lingkungan rumah
Ø
Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
Ø
Konflik personal dalam keluarga
Ø
Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
Ø
Sikap dan pandangan hidup
Ø
Ketidakkompakan keluarga karena sifat
mementingkan diri sendiri.
e. Ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan untuk memelihara
kesehatan karena hal-hal sebagai berikut:
Ø
Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
Ø
Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
Ø
Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan
lembaga kesehatan
Ø
Pengalaman yang kurang baik dengan petugas
kesehatan
Ø
Rasa takut akibat tindakan
Ø
Fasilitas yang diperlukan tidak terjangkau
Ø
Tidak adanya fasilitas yang diperlukan
Ø
Rasa asing dan tidak ada dukungan dari
masyarakat
Ø
Sikap dan falsafah hidup.
C. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah
atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Masalah perlu di prioritaskan
karena pertimbangan sebagai berikut:
1.
Masalah keperawatan keluarga yang dijumpai lebih dari
satu
2.
Sumber daya yang dimiliki keluarga dan komunitas
terbatas
3.
Keterbatasan IPTEK keperawatan yang dikuasai perawat
keluarga
4.
Berat dan menonjolnya masalah yang di rasakan oleh
keluarga berbeda-beda
5.
Waktu yang dimiliki terbatas
6.
Mengatasi masalah prioritas dapat mengatasi masalah
lain yang ditimbulkan akibat masalah inti tersebut.
Kriteria Prioritas masalah
Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan kepada beberapa
criteria sebagai berikut:
1.
Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
a.
Ancaman kesehatan
b.
Keadaan sakit/kurang sehat
c.
Situasi krisis.
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah adalah kemungkinan
berhasilnya mengurangi masalah keperawatan atau mencegah masalah bila ada
tindakan tertentu.
3.
Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah keperawatan yang akan terjadi bila dikurangi atau dicegah.
4.
Menonjolnya masalah adalah cara keluarga memandang dan
menilai masalah keperawatan berkaitan dengan berat dan mendesaknya untuk segera
di atasi.
Tabel 2.1 Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan
keluarga
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
|
1.
|
Sifat masalah
Ø
Ancaman kesehatan
Ø
Kurang sehat
Ø
krisis
|
2
3
1
|
1
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Ø
dengan mudah
Ø
hanya sebagian
Ø
tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3.
|
Potensi
masalah untuk dicegah
Ø
tinggi
Ø
cukup
Ø
rendah
|
3
2
1
|
1
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
Ø
masalah berat dan harus segera diatasi
Ø
masalah dirasakan, tetapi tidak perlu segera
diatasi
Ø
masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Scoring
Perhitungan nilai adalah
skor yang diperoleh sesuai dengan kriteria dibagi angka tertinggi dalam skor
dikalikan bobot.
Skor (total nilai sesuai kriteria) ×
Bobot = Nilai tertinggi 5 (Bobot total)
Angka tertinggi
dalam skor
D. Perencanaan
Langkah selanjutnya setelah
pengkajian adalah menyusun perencanaan perawatan kesehatan dan keperawatan
keluarga. Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri
dari komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan, dan
standar untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas
dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan adalah tahap
penyelesaian masalah keperawatan keluarga berdasarkan perencanaan yang
ditetapkan melalui prosedur spesifik yang terdiri dari partisipasi aktif
keluarga, penyuluhan kesehatan, konseling, manajemen kasus, kolaborasi, dan
konsultasi.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan
menilai keefektifan intervensi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan
bersama anggota keluarga dan perawat dengan melihat respon keluarga dan hasil
yang dicapai yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
D. Konsep Dasar Kesehatan lingkungan
1. Pengertian kesehatan
Kesehatan menurut
Undang-undang nomor 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan adalah keadaan
yang meliputi kesehatan badan, rohani atau mental, dan sosial dan bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Undang-undang nomor 23 tahun
1962 tentang kesehatan pada Bab I Pasal I disebutkan Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif
secara sosial ekonomi.
2. Pengertian Lingkungan
Menurut Undang-undang nomor
23 tahun 1967 tentang pengelolaan lingkungan hidup, maka yang disebut
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
pri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
3. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO memberikan
defenisi ilmu kesehatan lingkungan sebagai suatu ilmu dan keterampilan yang
memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan atau akan menimbulkan
hal-hal yang merugikan kesehatan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun
kelangsungan hidupnya.
4. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Ruang lingkup kesehatan
lingkungan yang dikemukakan WHO (World
Health Organisation) yaitu:
a.
Masalah air
b.
Masalah barang atau benda bekas seperti limbah, sampah
dan tinja
c.
Masalah makanan dan lingkungan
d.
Masalah perumahan
e.
Masalah pencemaran
f.
Masalah pengawasan antropoda dan rodentia
g.
Masalah kesehatan kerja.
5. Tujuan kesehatan lingkungan
Adalah terciptanya keadaan
yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada di lingkungan fisik manusia,
sehingga perkembangan fisik manusia dapat diuntungkan, kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia dapat dipelihara dan ditingkatkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identifikasi Data
1. Nama Kepala Keluarga : Tn “K”
2. Umur : 23 Tahun
3. Pendidikan : SD
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Petani
6. Alamat : Kelurahan Cinnong, Desa Pattiro, Kecamatan
Sibulue.
7. Komposisi Keluarga :
Tabel 3.2 Komposisi keluarga
No
|
NAMA
|
JENIS KELAMIN
|
HUBUNGAN
|
UMUR
|
PE-KERJAAN
|
PEN-DIDIKAN
|
1.
2.
|
Ny “S”
Ny “B”
|
♀
♀
|
Istri
Mertua
|
19
tahun
60
tahun
|
URT
-
|
SMP
Tidak
sekolah
|
Genogram :
Gambar 3.2 genogram
Keterangan:
: laki-laki ? : umur tidak diketahui
: perempuan : garis keturunan
: penderita ----- : garis
serumah
X : meningggal.
8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn “K” termasuk
keluarga inti, karena terdiri dari istri dan mertua.
9. Latar
belakang budaya
Tn
“K” dan keluarga berasal dari suku bugis dengan bahasa yayng digunakan adalah
bahasa bugis dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia, adapun waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul adalah siang dan malam hari, karena pada
pagi hari Tn “B” harus bekerja di sawah mulai dari pagi sampai jam 12.00 siang,
dan biasanya Ny “B” menemani menantunya di sawah, tetapi selama Ny “B” sakit ,
ia tidak pernah ke sawah lagi dan hanya tinggal di rumah untuk istirahat,
sedangkan anaknya hanya tinggal di rumah untuk merawat ibunya serta mengurus
keperluan rumah tangga, apalagi anak Ny “B” sedang hamil dengan umur kehamilan
7 bulan. Adapun kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan adalah sering ke mesjid
untuk melakukan shalat berjamaah dan sering juga melaksanakan shalat di rumah.
Nilai-nilai budaya yang mempengaruhi tentang kesehatan yaitu biasanya jika
anggota keluarga Tn “K” yang sakit maka yang lainnya ikut merawat dan
memeriksakan kesehatan ke puskesmas, dan biasa juga membeli obat di warung
dekat rumahnya. Pelayanan kesehatan yang digunakan adalah puskesmas.
10. Agama
Agama islam, Tn “K”
rajin beribadah dan shalat berjamaah di mesjid. Tn “K” sering ikut shalat
magrib dan shalat isya’ di mesjid sedangkan shalat ashar dan duhur dilakukan di
rumah karena faktor kesibukan. Istri dan mertuanya melakukan shalat di rumah
saja, apalagi mertuanya sedang sakit dan istri hamil. Keluarga ini tidak ada
masalah dalam menjalankan ibadahnya.
11. Status Sosial
Yang mencari nafkah
disini adalah menantu dan Ny “B”, yang setiap hari Tn “K” bekerja sebagai petani
di sawah, adapun pendapatannya setap bulan tidak menentu, kadang-kadang benyak
dan kadang-kadang kurang, begitupun dengan pengeluarannya. Dalm menyimpan uang,
keluarga tidak pernah ke BANK tetapi uang tersebut hanya disimpan di rumah
saja., uang tersebut disimpan untuk persiapan persalinan istri dari Tn “k”.
12. Rekreasi
II. Riwayat Perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini
Tn “K” sebagai
menantu sekaligus sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah, hanya bisa
memberikan bimbingan dan memperhatikan istrinya yang saat ini sedang hamil dan
mertuanya yang sedang sakit.
2. Tahap perkembangan yana belum terpenuhi
Tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi yaitu adanya masalah ekonomi, yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta Tn “k” berharap agar mertua
laki-lakinya bisa kembali ke rumah dan berkumpul bersama keluarga, serta berharap
juga agar mertua perempuannya dapat sembuh agar dapat bekerja lagi seperti
semula.
3. Riwayat keluarga inti
Tn “K” adalah
penduduk asli desa pattiro, sedangkan istrinya juga penduduk asli desa pattiro.
Sedangkan Ny
“B” juga merupakan penduduk asli dari desa pattiro. Ny “B” menikah dengan
suaminya atas pilihan orang tua masing-masing, setelah menikah Ny “B”
dikaruniai 4 orang anak. Anak pertama, kedua dan ketiganya sudah menikah dan
ketiganya ikut bersama ayahnya untuk pergi merantau, dan sekarang Ny “B” hanya
tinggal bersama anak keempatnya yang juga telah menikah. Sementara suami dari
Ny “B” sampai sekarang belum juga kembali.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Hubungan antara kedua
pihak keluarga dari Tn “k” dengan istrinya dulunya baik, namun setelah kepergian
mertua laki-lakinya ± 3 tahun maka komunikasi antara meraka kurang baik.
Sementara hubungan antara Ny “B” dengan anak dan menantunya sangat baik. Dan
sekarang mereka hanya tinggal bertiga dan tidak pernah terjadi konflik antara
mereka.
III. Lingkungan
A. Karakteristik rumah
1. Jenis Rumah : Permanen
2. Jenis Bangunan : Semi
permanent
3. Luas pekarangan : 40 L x
30 P
4. Luas bangunan : 6 L x 7 P
5. Status kepemilikan rumah : Milik
sendiri
6. Atap rumah :
Seng
7. Ventilasi : Ventilasi terbuat dari susunan papan yang
diatur rapi
8. Cahaya matahari : Ada , melalui jendela dan
pintu rumah
9. Penerangan : Penerangan dengan listrik
10. Lantai : lantai terbuat dari semen beralas tikar
namun berdebu.
B. Kebersihan Rumah
1. Halaman :
kurang bersih dimana terlihat sampah berserakan dibelakang rumah
2. Ruang tamu
: kurang bersih karena perabotan
tidak di atur rapi
3. Ruang tidur
: kamar tidur terdiri dari dua
kamar saja dan kamarnya kurang bersih dimana perabotan tidak tertata rapi
4. Ruang makan
: ruang makan kurang bersih,
berantakan dan lantai rumah kurang bersih
5. Dapur
: kebersihan dapur kurang bersih
dan berantakan
6. WC
: keluarga mempunyai WC maupun
kamar mandi.
C. Pemakaian air
1. Sumber air
: sumber air yang digunakan Tn
“K” adalah sumur gali, air tesebut digunakan untuk keperluan sehari-hari
seperti memasak, mandi, mencuci ataupun minum.
2. Jarak sumber air dan tangki tinja : jarak
antara air dengan tangki tinja ± 15 meter
3. Keadaan fisik air :
keadaan fisik air jernih. Apabila musim hujan , maka warna air berubah
menjadi keruh namun tidak berbau.
D. Pembuangan limbah keluarga
1. Tempat
: limbah keluarga dibuang
diselokan dibelakang rumah
2. Keadaan saluran :
keadaan saluran terbuka dan airnya mengalir dengan lancar
3. Jenis jamban keluarga : leher
angsa.
F. Hewan ternak/peliharaan
Keluarga tidak memiliki hewan ternak
G. Pencemaran lingkungan
1. Jenis pencemaran lingkungan keluarga adalah
berupa sampah rumah tangga
2. Upaya untuk mengatasinya dengan ditumpuk
lalau dibakar.
H. Denah rumah
Gambar
3.3 Denah rumah Tn “k”
4 2 Keterangan:
1 1 : Teras
5 3 2 : Kamar
tidur
6 3 : Ruang
tamu 4 : Kamar
tidur
5 : Dapur
6 : WC
IV. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi
Pola komunikasi
antara anggota keluarga cukup baik dan terbuka, setiap anggota keluarga
menampakkan sikap familiar, keluarga Tn “K” menggunakan bahasa bugis, dan
kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia .
2. Struktur kekuatan keluarga
Keputusan didalam
keluarga ditentukan oleh Tn “K” sebagai kepala keluarga, dimana sebelumnya
dibicarakan dengan upaya.
3. Struktur peran
Tn “K” berperan
sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, istri membantu suami dan merawat
ibunya yang sedang sakit, mertua hanya tinggal di rumah dan tidak bisa berbuat
apa-apa karena sakit.
4. Nilai-nilai keluarga
Tidak ada nilai-nilai
tertentu yang dianut oleh Tn “K”.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi efektif
Keakrabatan anggota
keluarga cukup baik, saling menjaga perasaan dan saling memberi perhatian
terutama Ny “B” selaku mertua dari Tn “K” yang saat sekarang ini menderita
penyakit Tuberculosis Paru.
2. Fungsi sosialisasi
Dalam hal ini Tn “K”
lebih rutin memperhatikan dan merawat istrinya yang sedang hamil, serta menjaga
mertuanya yang sakit, tanggung jawab untuk menjaga keluarganya menjadi beban
bersama sesuai dengan peran yang berlaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan
VI. Koping keluarga
A. Stressor yang dihadapi keluarga:
1. Jangka panjang :
memberikan tentang penyakit keluarganya
2. Jangka pendek :
masalah ekonomi dan kehidupan sehari-hari, serta masalah pengobatan
penyakit yang dideritanya.
B. Usaha yang dilakukan keluarga untuk
menanggulangi stress yaitu dengan cara meminta bantuan kepada keluarga lainnya.
C. Situasi-situasi kelurga yang dapat menimbulkan
stress
Masalah ekonomi.
VII.Pengkajian fisik
anggota keluarga
A. Riwayat kesehatan medis anggota keluarga
1. Penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga : Ny “B” pernah menderita
penyakit thypoid sekitar 10 tahun yang lalu. Dan sekitar umur 40 tahun Ny “B”
sering mengalami batuk-batuk serta sesak, namun keluhan yang dirasakan hilang
timbul dan ± 3 bulan yang lalu mengalami
batuk darah, sering sesak, dan berlendir. Dan saat sekarang masih batuk tetapi
sudah berkurang dan tidak bercampur darah.
2. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi keluhan
: dengan cara minum obat dan jika tidak
sembuh maka Ny “B” ke Puskesmas di desanya.
B. Data ibu hamil
Tabel 3.3 Data ibu hamil
No
|
Usia kehamilan
|
Usia ibu hamil
|
Jumlah anak
|
Keluhan yang dirasakan
|
Tempat pemeriksaan
|
1.
|
7 bulan
|
19 tahun
|
-
|
-
|
Puskesmas/Bidan
|
C. Pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
Tabel 3.4 pemeriksaan fisik pada semua anggota keluarga
No
|
KOMPONEN
|
Tn “K”
|
Ny “S”
|
Ny “B”
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
|
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
dan tenggorokan
Dada
dan paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Kuku
Tanda-tanda
vital
|
Rambut
terlihat bersih, pendek dan berwarna hitam, serta tida k ada kelainan.
Sclera
tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, lapang pandang baik.
Bersih,
simetris kiri dan kanan, tidak ada epistaksis, dan tidak ada nyeri tekan.
Bentuk
simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan.
Tidak
ada stomatitis, tidak nyeri saat menelan, tidak terdapat karang gigi.
Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, pergerkan kesegala arah, dan tidak ada nyeri
tekan.
Pergerakan
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bunyi ronkhi dan mengi, tidak ada
nyeri tekan.
Bunyi
jantung I: lub, bunyi jantung II : dub.
Peristaltic
usus 13 x/i, tidak ada nyeri tekan.
Tidak
ada kelainan, pergerakan bebas, tidak ada cedera.
Tidak
ada bekas luka pada kulit, turgor kulit baik, warna kulit sawo matang.
Pendek
dan bersih.
TD
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36oC
Nadi : 70 x/i
P : 20 x/i.
|
Rambut
hitam, agak ombak dan tidak ada kerontokan.
Sclera
tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, lapang pandang baik.
Bersih,
simetris kiri dan kanan, tidak ada epistaksis, dan tidak ada nyeri tekan.
Bentuk
simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan.
Tidak
ada stomatitis, tidak nyeri saat menelan, tidak terdapat karang gigi.
Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, pergerkan kesegala arah, dan tidak ada nyeri
tekan.
Pergerakan
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bunyi ronkhi dan mengi, tidak ada
nyeri tekan.
Bunyi
jantung I: lub, bunyi jantung II : dub.
Tidak
ada nyeri tekan.
Tidak
ada kelainan, pergerakan bebas, tidak ada cedera.
Tidak
ada bekas luka pada kulit, turgor kulit baik, warna kulit sawo matang.
Pendek
dan bersih.
TD
: 100/80 mmHg
Suhu
: 36oC
Nadi : 65 x/i
P : 20 x/i.
|
Rambut
uban, dan tipis, serta terlihat bersih.
Lapang
pandang menurun, konjungtiva tidak anemis.
Bersih,
simetris kiri dan kanan, tidak ada epistaksis, dan tidak ada nyeri tekan.
Bentuk
simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan.
Tidak
ada stomatitis, tidak nyeri saat menelan, tidak terdapat karang gigi.
Tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, pergerkan kesegala arah, dan tidak ada nyeri
tekan.
Pergerakan
dada mengikuti napas, ada bunyi ronkhi saat bernapas.
Bunyi
jantung I: lub, bunyi jantung II : dub.
Peristaltic
usus 14 x/i, tidak ada nyeri tekan.
Tidak
ada kelainan, pergerakan bebas, tidak ada cedera.
Tidak
ada bekas luka pada kulit, turgor kulit baik, warna kulit sawo matang.
Pendek
dan bersih.
TD
: 140/90 mmHg
Suhu
: 36oC
Nadi : 80 x/i
P : 24 x/i.
|
B. Analisa Data
Tabel 3.5 Analisa Data
No
|
DATA
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
1.
2.
|
DS :
·
Ny “B” mengeluh sesak pada saat beraktivitas.
·
Ny “B” mengatakan sering berkeringat pada
malam hari.
·
Ny “B” mengatakan sering batuk.
DO :
·
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36oC
Nadi
: 80 x/i
P
: 24 x/i.
·
Ny “B” nampak batuk
·
Ny “B” nampak lemah.
DS :
·
Ny “B” mengatakan sering meludah disembarangan
tempat
·
Ny “B” mangatakan kalau batuk tidak menutup
mulut
·
Ny “B” mengeluh batuk berdahak dan berlendir,
bercampur darah ± 3 bulan yang lalu.
DO :
·
Kebersihan halaman rumah Ny “B” kurang bersih,
sampah berserakan.
·
Keadaan lantai rumah nampak berdebu
·
Kebersihan ruang tidur, tidak tertata dengan
rapi
·
Kebersihan ruang dapur kurang bersih.
|
Gangguan
pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan ketidaktahuan Ny “B” dan
keluarga mengenal masalah penyakit Tuberculosis.
Resiko
tinggi terjadinya penularan penyakit pada anggota keluarga lainnya
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal dampak dari lingkungan
yang tidak sehat.
|
C. Prioritas Masalah
Tabel 3.4 prioritas masalah
1. Gangguan pola nafas yang tidak efektif
berhubungan dengan ketidaktahuan Ny “B” dan keluarga mengenal masalah penyakit
Tuberculosis.
No
|
KRITERIA
|
BOBOT
|
NILAI
|
PEMBENARAN
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat
masalah : Aktual.
Kemungkinan
masalah diubah : mudah.
Potensi
untuk dicegah : tinggi.
Menonjolnya
masalah : masalah berat dan harus segera diatasi.
|
1
2
1
1
|
3/3 x 1 = 1
2/2 x 2 = 2
3/3 x 1 = 1
2/2 x 1 = 1
|
Masalahnya
adalah actual karena sudah menyerang Ny “B” dan perlu dilakukan tindakan
keperawatan serta dapat berdampak pada masalah lain.
Dapat
diubah dengan mudah karena keluarga ada kemauan untuk berobat, namun
mengalami keterbatasan ekonomi (kekuranga dana). Fasilitas kesehatan tersedia
karena ada tenaga kesehatan yang datang kekeluarga.
Masalah
sudah berat dan sudah terjadi, namun sudah dapat diatasi, dengan cara
pengobatan secara rutin.
Keluarga
menyadari kalau penyakitnya perlu diatasi karena membahayakan.
|
|
total
|
5
|
5
|
|
2. Resiko tinggi terjadinya penularan penyakit
pada anggota keluarga lainnya berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal dampak dari lingkungan yang tidak sehat.
No
|
KRITERIA
|
BOBOT
|
NILAI
|
PEMBENARAN
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat
masalah : mengancam kesehatan.
Kemungkinan
masalah diubah : mudah.
Potensi
untuk dicegah : tinggi.
Menonjolnya
masalah : masalah berat dan harus segera diatasi.
|
1
2
1
1
|
2/3 x 1 = 0,7
2/2 x 2 = 2
3/3 x 1 = 1
2/2 x 1 = 1
|
Masalah
belum terjadi, namun perlu dilakukan upaya pencegahan, penularan penyakit
Tuberculosis.
Dapat
diubah dengan mudah karena keluarga ada kemauan untuk berobat dan mau
menerima perubahan. Namun mempunyai keterbatasan dari segi ekonomi. Fasilitas
tenaga kesehatan tersedia.
Masalah
sudah berat dan sudah terjadi, namun sudah dapat diatasi, dengan cara pengobatan
secara rutin.
Keluarga
menyadari kalau penyakitnya perlu diatasi karena membahayakan, karena dapat
menular ke orang.
|
|
total
|
5
|
4,7
|
|
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas yang tidak efektif
berhubungan dengan ketidaktahuan Ny “B” dan keluarga mengenal masalah penyakit
Tuberculosis.
2. Resiko tinggi terjadinya penularan penyakit
pada anggota keluarga lainnya berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal dampak dari lingkungan yang tidak sehat.
Langganan:
Postingan (Atom)